20/04/17

[Review] The Crucible, Sebuah drama yang Membawa Perubahan



Film The crucible menceritakan tentang Kang In-Ho (Gong Yoo) adalah seorang guru baru yang mengajar seni  di sebuah sekolah dasar untuk anak-anak tuna rungu kota Mujin. Dihari pertama mengajar ia benar-benar merasa excited karena akhirnya setelah sekian lama ia bisa memperoleh sebuah pekerjaan yang cukup menjanjikan. Namun kemuadian perlahan ia merasakan keanehan pada murid-muridnya, mereka terlihat ketakutan dan cenderung untuk menjaga jarak, tak jarang juga ia menemukan guru disekolah itu melakukan kekerasan fisik kepada para siswanya dan anehnya hal tersebut dianggap biasa saja. Perlahan demi perlahan In-hoo bersama dengan Seo Yoo Jin (Jung Yoo Mi) menemukan sebuah kenyataan yang mengerikan. Beberapa siswa disekolah tuna rungu itu mengalami pelecehan seksual pelakunya adaah beberapa guru di sekolah tersebut.
 Mengetahui kenyataan tersebut In-Ho dan Yoo jin melakukan berbagai cara untuk mengungkapkan kasus tersebut mulai dari reporter hingga ke pengadilan. Namun semuanya tidak berjalan mulus, hal ini dikarenakan sang kepala sekolah yang merupakan salah satu pelaku merupakan orang terpandang dikotanya, selain itu ia adalah seorang penganut agama yang taat dan sangat disegani oleh masyarakat, sehingga ketika kasus itu mencuat banyak orang yang membelanya dan tidak percaya terhadap tuduhan yang ada dan malah membelanya. Walaupun kasus tersebut berhasil di bawa ke Pengadilan, para saksi memberikan keterangan yang meringankan tersangka, begitu juga dengan keluarga korban memilih berdamai karena mereka semua orang miskin dan lebih memilih diberi imbalan uang sebagai penggantinya. Proses peradilan kasus tersebut selesai dengan para terdakwa dijatuhi hukuman yang sangat ringan.


meskipun adegan-adegan kekerasan tidak sepenuhnya ditampilkan secara detail tapi tetap saja hmmm gimana yaa...cukup membuatku miris, apalagi bila ingat bahwa kisah tersebut terinspirasi dari kisah nyata. Menurutku film ini bukanlah film biasa, setelah selesai menontonnya aku mulai searching-searching tentang drama ini dan sebuah fakta yang membuatku benar-benar terpukau.


Diadaptasi dari sebuah novel berjudul Dogani karangan Gong Ji Young. Novel tersebut dibuat berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi di Gwangju antara tahun 2000-2005 dimana kepala sekolah dan para pengajarnya terlibat dalam kasus kejahatan seksual terhadap beberapa siswanya.Sang penulis dahulunya adalah seorang aktivis hak asasi manusia, ia terinspirasi untuk menulis novel ini setelah membaca berita di surat kabar mengenai ketidakadilan dalam penyelesaian sebuah kasus kekerasan sesual pada anak-anak disabilitas yang terjadi di Gwangju Inhwa School. 


Real Story (diterjemahkan dari wikipedia) :


Sekolah Inhwa Gwangju adalah sebuah sekolah untuk anak-anak tuna rungu yang berdiri pada tahun 1961 dan terletak di Gwangju, Korea Selatan. Berdasarkan investivigasi pada tahun 2005, diketahui bahwa enam orang guru, termasuk kepala sekolah melakukan tindak kekerasan seksual terhadap setidaknya sembilang orang siswa tuna rungu mereka diantara tahun 2000-2003. Seorang guru baru yang mengetahui kejadian tersebut kemudian melaporkannya kepada kelompok HAM pada tahun 2005, dan sehingga menyebabkan ia dipecat dari pekerjaanya. Polisi memulai investivigasi nya, dan hasilnya dari enam tersangka , hanya empat yang menerima hukuman penjara, sementara dua lainnya dibebaskan karena statute of limitatations pada kejahatan mereka sudah kadalwarsa (kasus dianggap sudah kadalwarsa karena waktu terjadinya kejahatan dengan pelaporan  telah melebihi batas yang ditentukan). Pengadilan setempat menghukum kepala sekolah yang merupakan putra dari pendiri sekolah dengan hukuman 5 tahun penjara tetapi kemudian pengadilan mengurangi masa tahanan dan menggantinya dengan hukuman percobaan. Diantara para tahanan, dua diantaranya bebas hanya kurang dari setahun, empat dari enam guru kembali ke sekolah. Ketika itu kasus ini tidak menarik begitu banyak perhatian media, sehingga tidak banyak orang yang menegtahui kasus ini, tetapi pada saat itu para aktivis dan korban mengkritik mengenai lemahnya hukum terhadap para pelaku tindak kekerasan.

Menceritakan tentang kekerasan fisik dan seksual, proses pengadilan yang dipenuhi dengan korupsi dan suap, film ini menjadi box office dan menarik perhatian lebih dari 4.7 juta penonton korea selatan, termasuk presiden Lee Myung-Bak. Masyarakat secara masif melakukan protes memohon agar kasus tersebut kembali dibuka dan di lakukan investivigasi ulang.
 

Menanggapi kritikan yang terus menerus, Hakim tinggi pengadilan Gwangju Jang Jung Hee ketika itu berkomentar ,”Pengadilan tidak emnghukum mereka dengan berat karena para keluarga korban menghentikan tuntutan (Hukum ini akhirnya direvisi pada tahun 2010 dimana tuntutan terhadap kasus kekerasan seksual pada anak tak akan bisa dihentikan kecuali sang korban memintanya sendiri.) Kemudian pada Oktober 2011 parlemen Korea Selatan mengeluarkan undang undang yang disebut “Dogani Bill” yang mana menghapuskan Statue of Limitations utuk kejahatan seksual terhadap anak-anak dibawah 13 tahun dan wanita disabilitas. Peraturan tersebut juga memperberat hukuman untuk para pelaku.


Dua bulan setelah film tersebut dirilis, kota Gwngju akhirnya secara resmi menutup sekolah tersebut pada November 2011.


Beberapa guru yang terbukti bersalah, dihukum 12 tahun penjara atas tindakan kekerasan seksual yang dilakukannya.


Luar biasa bukan ? sebuah film berbudget rendah yang akhirnya bisa membuka tabir kelam masa lalu, membuka mata banyak orang dan hingga akhirnya memuat sebuah perubahan besar mengenai makna keadilan yang sesungguhnya. Hal inilah yang membuat film ini special bagiku. Dan melalui film ini au benar-benar merasa terkesan terhadap Gong Yoo. Kenapa ? karena dia salah satu pemeran utama? bukan Cuma itu aja loh, perlu kalian tahu bahwa film ini tercipta berkat campur tangan oppa ganteng satu ini. Jadi saat dia lagi wamil, dia kebetulan membaca novel Dogani, nah setelah selesai membaca novel tersebut ia merasa hati nuraninya terketuk untuk bisa membuat agar kisah tersebut diketahui banyak orang dan salah satu cara terefektif adalah dengan mengangkatnya ke layar lebar, akhirnya selepas wamil si oppa segera menemui sang pnulis novel dan mengungkapkan keinginannya. Dan akhirnya voilaaa jadilan film crucible yang akhirnya bisa mengetuk hati jutaan manusia. Respect ! 









3 komentar: