But someday we'll all be together once more
When all of the ships come back to the shore
I realise something I've always known
I still call Australia home
But no matter how far or wide I roam
Lagu ‘I still call Australia home’ terdengar syahdu dari headshet yang melekat rapat ditelingaku, lagu yang baru pertama kali kudengar ini menjadi teman perjalanan malam ini.
Pesawat Qantas yang membawaku meninggalkan Indonesia terbang melaju melintasi awan, berkali-kali aku menoleh ke jendela meskipun yang terlihat hanyalah kegelapan malam, sudah hampir tiba, dari ketinggian entah beberapa ribu kaki terlihat lampu-lampu yang menerangi jalanan kota metropolitan terbesar di Benua Hijau, syukurlah penerbangan berjalan lancar, pesawat mendarat dengan mulus di bandara Kingford Smith Sydney.
Keluar dari pesawat aku segera bergegas menuju ke bagian pengecekan imigrasi dari kejauhan sudah terlihat antrian rapi mengular, seperti info yang kudengar sebelumnya jam pagi seperti saat ini merupakan jam sibuk bandara . Pengecekan di bagian imigrasi sebenarnya tak terlalu lama mereka hanya mengecek paspor dan visa sambil sesekali menyocokkan dengan wajahku selama tak ada masalah dengan dokumen-dokumen kita seharusnya proses ini tak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Selanjutnya aku segera menuju ketempat pengambilan kopor, dari kejauhan terlihat koper biru langitku berjalan tertib beriringan dengan koper-koper lain di sepanjang belt menunggu untuk diijemput oleh sang empunya, Koper seberat 30 kilogram sudah berada di tangan aku bergegas ke bagian terakhir yaitu bagian pengecekan kopor, perasaanku cukup dag dig dug di bagian ini, yah meskipun aku tak barang yang ilegal dan semuanya juga telah aku declare tapi tetap saja rasa was-was itu masih tetap ada, apalagi mendengar beberapa kisah teman-teman di grup yang sampai-sampai barangnya harus dibongkar ditempat bahkan ada yang sampai membayar denda dalam jumlah besar karena ketahuan membawa makanan yang dilarang. Apalagi covid-19 baru saja mereda jadi wajar saja kalau pengawasan menjadi jauh lebih ketat.
Setelah mengantri (lagi) akhirnya tibalah saat koperku untuk di periksa, lega sekali rasanya karena bagian ini dapat terlewati dengan sangat lancar, tak sampai setengah menit koperku sudah melewati pos pengecekan. Beruntungnya aku saat di bandara aku bertemu dengan sesama orang Indonesia yang juga akan pergi ke satu tujuan yang sama denganku, Tamworth. Jadi rasanya tak seperti anak hilang. Aku segera bergegas membeli nomor baru di bandara agar ponselku bisa segera aktif kembali., setelahnya kami bergegas menuju ke stasiun Sydney metro untuk menuju ke Central Station Sydney.
Sydney metro |
Stasiun metro ini letaknya saling terhubung dengan bandara. Sydney Metro adalah mode transportasi umum yang banyak digunakan untuk menjangkau beberapa tempat di sekitar Sydney, bentuknya mirip dengan MRT di Jakarta hanya saja Sydney metro bentuknya bertingkat, Tiba di Central Satation aku segera melesat berlari ke arah loket sambil menyeret koper yang lumayan berat, ya kereta jarak jauh yang kami tumpangi akan beberapa menit lagi namun tak disangka hari itu kereta menuju Tamworth sedang tak beroperasi karena satu hal, sehingga transportasi dialihkan dengan menggunakan bus. Kami datang diwaktu yang benar-benar mepet, bus terakhir yang menuju Tamworth hari itu sudah hampir berangkat, namun beruntungnya bapak sopir masih berbaik hati menunggu kami yang sudah terlihat berlari-lari dari kejauhan. Setelah naik keatas bus akhirnya aku bisa menarik napas lega, tadinya kami sudah membuat Plan B, juka tak mendapatkan transport ke Tamworth hari ini kami akan menginap di hostel untuk semalam, aku senang-senang saja bisa lebih lama di kota Sydney, tapi lagi-lagi aku berpikir harga sewa hostel disini pasti tidaklah murah apalagi untukku yang baru saja datang, menghemat pengeluaran adalah sebuah harga mati hohohoho.
Bus melaju menyusur jalan-jalan Sydney, semakin lama bus semakin menjauh meninggalkan keramaian kota melewati kota-kota kecil yang dipenuhi dengan nuansa hijau dan langit yang sangat cerah, di kanan kiri jalan terlihat bukit dan rumput yang sangat luas ratusan sapi, domba berlarian berkejaran dengan bebas disepanjang rerumputan, Aku tak henti-hentinya
Hei kamu sudah berada di Australia! Semuanya serasa seperti mimpi bukan?!
seruku pada diri sendiri, dari dalam hati tentunya :’
Perjalanan dari Sydney ke Tamworth membutuhkan waktu kurang lebih 7 jam, meskipun aku mencoba untuk tidak terlelap tapi pada akhirnya mataku menyerah juga, maklum semalam di pesawat aku benar-benar tak bisa tidur. Pemandangan sepanjang jalan yang yang sangat asri ini rasanya seperti menina bobokkanku, tau-tau kami sudah sudah lebih dari setengah perjalanan, bus berhenti di depan McDonald, sopir bus mengatakan bahwa kita akan berhenti untuk setengah jam, aku bergegas turun perutku juga rasanya sudah sangat keroncongan, sesampainya didalam mataku segera menyapu daftar menu beserta price listnya, aku menelan ludah mataku benar-benar belum terbiasa dengan harga-harga dollar Australia ini, seems very expensive untukku saat itu. Setelah menimbang-nimbang selama beberapa menit akhirnya pilihan jatuh pada burger Chicken & Cheese seharga kurang lebih 4$, yang cukup membuat kantong menangis hue hue).
My very first meal |
Sebiji burger sudah sangat cukup untuk mengganjal perut, sebelum bus kembali melaju melanjutkan perjalanan ke kota Tamworth.
Tamworth I’m Coming!