CHAPTER 157
Novel lang Ya Bang-Hai Yan;Eng translation : tumblr Chaikat ;Translate Indo by me
Jingyan buru-buru menuju
ke Su manor, namun tepat sebelum belokan terakhir, ia berhenti mendadak
sampai-sampai kudanya mengangkat kaki belakangnya, Jingyan melepas tali kekang
dan turun dari kuda, terjatuh ke tanah, mengagetkan Meng Zhi yang sedang
mengejarnya.
Mengikuti perintah Meng
Zhi, pengawal Istana timur yang mengejar Jingyan membentuk formasi lingkaran
untuk melindunginya. Namun tampaknya Jingyan benar-benar tak menyadari keadaan
disekelilingnya.
Melihat dengan tatapan
kosong dan setelah beberapa saat dia perlahan berdiri dengan bantuan Meng Zhi.
Ia menunggangi kudanya
lagi dan berbalik arah. Ketika Meng Zhi bertanya apakah ia ingin kembali ke
istana timur dia berkata, “Sejak ia tak ingin aku mengetahuinya, ia pasti punya
alasannya sendiri. Mengapa aku harus memaksa mencari tahu dan menambah
kekhawatirannya tanpa alasan.”
Penjaga istana timur
mengawalnya kembali. Jingyan tak lagi memiliki tenaga dan kekuatan seperti tadi
saat ia buru-buru menuju ke Su Manor, ia nampak bingung.
Ia tak tahu bagaimana
untuk menggambarkan perasaanya saat ini. Jika ia bahagia karena sahabat
terbaiknya ternyata masih hidup, lalu mengapa ia merasa seperti dadanya
diiris-iris dengan belati? Jika ia marah karena selama ini tak ada yang memberi
tahunya, lantas mengapa jantungnya terasa dipenuhi kebahagiaan menyakitkan
hingga rasanya terasa sakit untuk bernapas?
Siapa Lin Shu? Lin Shu
adalah sahabat terbaiknya, Lin Shu adalah orang yang penuh dengan kebanggaan
dan blak-blakan, sangat kompetitif dan tak pernah mau menyerah. Rompi perak
dengan tombak panjang ditangan, selalu membuat kegaduhan kemanapun ia pergi.
Dia adalah xiao huo ren yang tak kenal dingin. keceriaanya bagaikan burung
pipit, kemarahannya bagaikan harimau. Ia adalah marsekal muda di pasukan Chiyan
yang tak pernah menyembunyikan emosinya…
Tetapi siapakah Mei
Changsu? Ia selalu menundukan kepalanya dan seringkali seringai terukir di
bibirnya. Perkataannya lembut dan sangat
sopan, dan tak ada satupun yang mampu melihat apa yang ia pikirkan. Ia selalu
terbungkus dengan mantel bulu dan duduk disamping bara api, mengukur-ukur kedalaman
hati seseorang dibalik matanya yang gelap, wajahnya sepucat kertas. Dia tak
memiliki sedikitpun kekuatan dan jari-jarinya selalu sedingin es, seakan ia
membawa udara dingin dari neraka.
Ia seperti abu yang
tersisa dari bara api yang telah padam. Orang lain mungkin teringat oeh api itu
namun ia sudah bukan lagi sosok yang dulu jiwa yang membara.
Xiao Jingyan menemukan
dirinya sendiri benar-benar tak mampu membayangkan apa yang menyebabkan
perubahan sedrastis ini . ketika ia mencoba, rasa sakit yang menyelubunginya
semakin dalam dan gelap lebih dari malam malam tanpa bintang dan bulan.
Saat mereka memasuki
Istana timur, Meng Zhi membantu Jingyan turun dari kudanya. Namun kemudian saat
putra mahkota yang baru saja ditunjuk itu perlahan menaiki tangga-tangga aula
utama, ia tiba-tiba merasa satiap langkah yang ia pijak terasa seperti ia menginjak punggung sahabatnya, yang selama
ini mendukungnya sambil menggertakkan gigi. Kakinya terasa lemah, ia tak dapat
menahannya dan terjatuh dari tangga.
Jingyan bertanya kepada
Meng Zhi apakah selama ini ia telah mengetahui semuanya dan kemudian bertanya
bagimana ia mengetahuinya. Meng Zhi
berkata bahwa Mei Changsu yang memberi tahunya. Jingyan bertanya mengapa Xiao
Shu tidak memberi tahunya padahal Xiao Shu adalah sahabat terbaiknya dan
Mengzhi berkata bahwa ekspetasi Xiao Shu terhadap Jingyan berbeda dari orang
lain .
Tetapi Meng-qing, kau
harus mengatakan kepadaku, bagaimana bisa ia menjadi seperti itu?Tragedi
seperti apa yang telah dilaluinya?Dia adalah Xiao Shu! Kau dan aku sama-sama
tahu seperti apa Xiao Shu yang sebenarnya. Dulu aku terbiasa berpikir bahwa
jika kau menghancurkannya mencadi jutaan keping dan menyatukannya kembali, dia
akan selalu menjadi Lin Shu yang lincah dan penuh semangat…”
Kata-kata Xiao Jingyan
hanyalah sebuah analogi namun bagi Meng Zhi kalimat itu bagaikan mata pisau
yang menghujam tepat di jantungnya dan kemudian ditarik keluar, wajahnya
menjadi pucat.
“Kau harus tau.” Tatapan
mata Xiao Jingya lebih sengit daripada
matahari musim panas, menatap tajam kearah Meng Zhi tanpa ampun. “dia tak mau
mengatakannya kepadaku, jadi aku tak ingin memaksanya. Tetapi aku ingin kau
mengatakannya padaku. Katakan!”
“Yang Mulia…”Meng Zhi
benar-benar kewalahan namun setelah menundukan kepalanya, ia menggeleng dan
berkata, “Aku telah berjanji padanya…”
Jingyan tak memaksa
Meng Zhi untuk berbicara. Ia mengatakan pada Pangeran Ji dan marquis Yan bahwa
ia memiliki beberapa urusan mendesak untuk dihadiri dan pergi ke istana Selir
Jing.Ketika ia sampai disana, ia segera mengatakan pada ibunya bahwa ia
memiliki sesuatu untuk ditunjukkan. Pengunjung lain yang ada disana mengerti
dan segera pergi, meninggalkan mereka sendiri. Dengan segera Jingyan bertanya
mengenai Xiao Shu.
“Apa yang terjadi pada
Xiao Shu? Ibu menangis ketika memeriksa denyut nadinya. Apakah penyakitnya
sangat serius?”
Selir Jing berpikir
sejenak kemudian perlahan ia berkata,”Begitulah…”
“Apa yang harus
dilakukan?”Xiao Jingyan tiba-tiba meraasa cemas dan menggenggam tangan ibunya
erat-erat.”Xiao Shu sangat mempercayai kemampuanmu, Ibu harus bisa melakukan
sesuatu.”
Consort Jing bimbang
untuk menjawabnya, matanya yang terpejam tertutupi oleh bulu matanya. Dia
berkata dengan lembut. “Xiao Shu memiliki dokter yang lebih handal daripada aku
disisinya. Dokter itu seharusnya mampu memastikan ia akan baik-baik saja…”
Lalu, berapa lama waktu
yang dibutuhkan agar penyakitnya dapat terobati?”
Aku tak yakin…Mungkin
sehari…Mungkin setahun…”
Jika saja Xiao jingyan mengerti
apa yang dimaksudkan ibunya, ia mungkin akan melesat pergi. Sayangnya,ia tak
paham dan justru merasa lega. “Tak peduli berapa lama, yang terpenting ia masih
bisa sembuh. Tetapi mengapa penyakit ini dapat menyebabkan wajahnyaa berubah
seperti sekarang?”
Selir Jing
menggelengkan kepalanya. “perubahan wajah Xiao Shu bukan karena ia sakit. Ini
karena ia pernah terkena racun Bitter Flame. Setelah racun itu dihilangkan tubuh
dan wajahnya mengalami perubahan drastis…”
“Artinya perubahan ini
karena racunnya telah dihilangkan, benar bukan?” Xiao Jingyan merasakan
secercah kebahagiaan.
“Tubuhnya menjadi
sangat lemah dan ia mudah sakit karena penghilangan racun, dan itulah mengapa
ia butuh waktu untuk pemulihan, benar kan?”
Tatpan Selir Jing
kosong untuk sesaat, sebelum ia perlahan mengangguk dan berkata, “Ya…”
“Itu bagus.” Beberapa ketegangan
di tubuhnya akhirnya sedikit lepas dan Xiao Jingyan berdiri. “Aku mengerti
mengapa ia tak bisa bersantai dan memulihkan diri dimasa lalu tetapi aku dapat
mengatasi segalanya dari sekarang. Ia hanya perlu fokus untuk penyembuhan.Ibu,
apakah gejalanya sama tiap kali ia jatuh sakit?”
“Itu tergantung
penyebabnya, entah karena cuaca dingin, kelelahan atau gejolak emosi. Gejala
yang muncul mungkin berbeda-beda.”
Xiao Jingyan berkata
tanpa keraguan,”Itu bukan masalah. Xiao Shu tak akan lagi menderita karena
dingin atau kelelahan dimasa yang akan datang. Sedangkan untuk emosi,
kebahagiaan tak akan membahayakannya bukan?”
Aku tahu betul apa yang
ia harapkan,”Xiao Jingyan mengambil napas panjang dan tatapannya menjadi bersinar.”Aku
akan mempercepatnya dan membersihkan nama mereka dengan segera, jadi ia bisa
menjalani penyembuhan tanpa kekhawatiran…”
“Jinyan.” Selir Jing
menggenggam tangan putranya dan buru-buru berkata, “Kau tak boleh gegabah dalam
mengambil resiko. Pada tahap ini, kau mungkin masih dapat menanggung kegagalan
tapi tidak dengan Xiao Shu, apakah kau mengerti?”
Xiao Jingyan menekan
bibirnya dan dengan berat mengangguk.”Ibu, jangan khawatir. Aku tahu apa yang
harus aku lakukan. Xiao Shu masih mengawasiku. Aku tak akan bertindak ceroboh.”
Selir
Jing merasa seperti jantungnya di ambil keluar. Ia tahu bahwa selama Xiao Shu
mengawasinya, Jingyan akan dapat maju dan stabil, namun berapa lama Xiao Shu
dapat terus mengawasinya? Ia menahan segalanya dengan susah payah, tetapi
dapatkah ia menahannya hingga hari dimana nama keluarga Lin dapat dipulihkan?
Related
Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar