30/10/19

Translate Novel Lang Ya Bang Chapter 163





CHAPTER 163 
Novel lang Ya Bang-Hai Yan;Eng translation : Tumblr chaikat ;Translate Indo by me


Karena Mei Changshu bersikeras, Jingyan mengijinkan Cai Quan untuk menunjukkan padanya dokumen mengenai kasus Menteri Fan. Mei Changshu mengamatinya, Shen Zhui dengan cepat mencari topik untuk berbincang dengan mereka berdua. Shen Zhui dan Cai Quan seperti memainkan peran Meng Zhi untuk melancarkan urusan antara Jingyan dan Mei Changshu. Shen Zhui menyebutkan bahwa ulang tahun kaisar sebentar lagi, jadi Jingyan harus memikirkan hadiah apa yang akan diberikan.

Jingyan terus menatap Mei Changshu daat ia berbicara dengan yang lain namun Mei Changshu benar-benar sedang fokus pada apa yang bacanya. Tiba-tiba Jingyan memperhatikan bahwa Mei Changshu tanpa sadar mengambil sepotong kue dan akan memakannya. Jingyan dengan segera menyergap dan memegang tangan Mei Changshu, dan melempar kue tersebut.

Setiap orang yang ada disana bertanya-tanya dan Jingyan berkata,”kue ini….sudah basi…”

Disana adalah istana timur, makanan yang ada disana pastiah baru, dan nampaknya akan lebih baik jika Jingyan tak menjelaskannya. Mei Changshu melihat kearah piring. Diantara kue-kue itu, ada satu yang terbuat dari kacang.

Mei Changshu perlahan menurunkan tatapannya dan wajahnya berubah pucat, namun selain itu wajahnya tak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda pergolakan tentang apa yang ia rasakan. Ia hanya ingin mengetes Jingyan. Dan sekarang saat ia telah memiliki hasilnya, ia tak dapat menahan rasa sakit, dadanya terasa kaku dan dingin.

Xiao Jingyan masih mengenggam pergelangan tangan Mei Changshu. Pergelangan yang dulu kuat  namun sekarang sangat lemah dan sedikit bergetar. Ia merasa seperti sebuah batu ada di dalam perutnya. Melawan keinginannya sendiri, genggamanya semakin kuat, seakan ia mencoba untuk mentransfer seluruh energinya. Tapi terpisah dari itu, Xiao Jingyan tak bergerak seinci pun dan tak berkata-kata.

Itu karena orang yang duduk didepannya adalah sahabat baiknya, namun diwaktu yang sama, ia bukanlah sahabat yang Xiao Jingyan kenal. Lin Shu yang sangat rapuh bukan lagi Lin Shu yang mampu menahan pukulan dan dorongan, seakan ia dibuat dari besi.

Di momen penting ini, Xiao jingyan tak berani berbuat atau berkata apapun, dan hanya mampu menggenggam tangan itu dalam diam.

Setelah beberapa saat, Mei Changshu dengan perlahan melepaskan tangannya dari tangan Jingyan dan berdiri, berpegangan pada sandaran kursi. Bibirnya yang pucat terkatup rapat dan ia dengan lembut berkata “Aku masih memiliki urursan dirumah aku permisi dulu.”

“Xiao…”Xiao Jingyan membuka mulutnya namun tak berani untuk memanggilnya. Ia hanya dapat melihat Mei Changshu berbalik pergi, Mei Changshu perlahan berjalan mendekati pintu. Jingyan kemudian berdiri dan setelah beberapa saat ia berlari mengejar Mei Changshu.

Melihat mereka, Shen Zhui dan Cai Quan tak mengerti apa yang terjadi, Namun Xiao Jingyan sudah benar-banar lupa keberadaan mereka.

Mei Changshu berjalan secepat mungkin, namun ia baru pulih dari penyakit serius dan emosinya belum stabil. Kaki dan wajahnya terasa kaku. Baru saja ia melangkah keluar, lututnya terasa lemah dan ia harus bersandar pada pegangan tangga dan berhenti sejenak untuk mengambil napas.

Sesaat kemudian Mei Changshu merasakan tatapan seseorang Bahkan tanpa menoleh kebelakang, Mei Changshu dapat merasakan tatapan Xiao Jingyan padanya. Ia menggertakkan giginya dan mengumpulkan kekuatannya, tak  mau menunjukkan kelemahan apapun saat ini. Di masa lalu, mereka tumbuh bersama, balap kuda bersama, bertarung melawan satu sama lain, bersaing untuk menjadi juara saat perburuan musim gugur, bertempur bersama pada pertarungan sengit, memancing musuh  dan memimpin penyerangan . Sesekali, ketika dikepung oleh pasukan yang jumlahnya sepuluh kali lebih banyak jumlahnya dari pasukan mereka, mereka akan terus melawan balik dan melakukan pertempuran hingga titik darah terakhir bersama-sama. Lin Shu yang penuh dengan kepercayaan diri dan keras kepala tak pernah membayangkan bahwa satu hari, Xiao Jingyan akan datang padanya dengan terburu-buru dan memapah tubuhnya yang rapuh, dengan suara yang penuh simpati bertanya, “Xiao Shu, apakah kau kau baik-baik saja?”

Ia tak pernah membayangkan dan tak dapat menerimanya. Ia ingin lari, meninggalkan tempat ini, kembali ke Su manor, untuk memulihkan ketenangannya dan perlahan berpikir, perlahan membuat keputusan.

Namun ketika ia hampir dapat mengendalikan nafasnya, ia tak bisa melangkah karena Fei Liu tiba-tiba datang sambil berlari dari sisi gerbang. Langkah Fei Liu lebih berat dari biasanya dan ia membawa seekor serigala abu-abu dalam dekapannya, Foya.

“Tak mau bangun! “Bocah itu membawa Foya kearah Mei Changshu. Matanya penuh dengan ketakutan dan kebingungan. “tak mau bangun!”

Mei Changshu membelai bulu Foya dengan jari-jarinya yang pucat hingga nampak seperti transparan. Tubuh Foya dibawah jarinya itu terasa dingin dan kaku .Jantungnya merasakan luka mendalam. Mata Foya tertutup dan ia nampak damai. Fei Liu menopang kepalanya beberapa kali namun saat ia memindahkan tangannya, kepala Foya lunglai kembali.

Langkah kaki lain datang dari sisi gerbang. Lie Zhanying, yang telah ditransfer menjadi penjaga istana timur, buru-buru masuk, keningnya dipenuhi keringat. Ia terkejut melihat putra mahkota berdiri diluar. Sebelum ia sempat berkata-kata, Xiao Jingyan berjalan ke arahnya sambil tetap berdiam.

Foya sudah berumur tujuh belas tahun. Untuk seekor serigala, itu merupakan umur yang panjang. Kematiannya membawa kesedihan. Bagi orang dewasa itu bukanlah hal yang sulit untuk diterima.

Tetapi Fei Liu tak dapat memahami ini. Tadi, ketika ia melihat Foya dimasukkan kedalam sebuah peti, ia berlari mencari Lie Zhanying dan berkata padanya, “Foya sedang tidur.” Dari apa yang Fei Liu tahu, tidur berarti akan bangun nantinya. Seperti bagaimana Su-gege seringkali tertidur, dia akan selalu terbangun nantinya.

Namun, ketika ia bertanya kapan Foya akan bangun, Lie Zhangyin malah menatapnya dengan penuh kesedihan dan berkata bahwa Foya tak akan pernah bangun kembali.

Ini pertama kalinya Fei Liu mengetahui bahwa ada kemungkinan orang yang tidur tak akan pernah bangun kembali. Ini membuatnya ketakutan. Ia membawa Foya dan segera menemui Su-gege.

Mei Changshu mengusap kepala bocah tersebut. Ia dapat melihat kebingungan dan kecemasan di mata Fei Liu tetapi ia sedang tidak dalam kondisi yang tepat untuk menenangkan maupun menjelaskan kepadanya. Malaikat maut terus menerus menyelubunginya, sangat dingin dan mengerikan, ia tak punya cara untuk menjelaskan kepada bocah itu tentang apa itu kematian.

“Fei Liu, apakah kau akan selalu mengingat Foya?”

“Ya!”

“Sebagai seorang teman , selama kau mengingatnya, itu cukup.” Mei Changshu mengambil Foya dari tangan Fei Liu. Bebannya terlalu berat untuknya jadi ia harus membawanya sambil duduk di atas tanah.Ia menempelkan pipinya erat-erat ke kepala Foya sebagai salam perpisahan terakhir.

“Su-gege.”Bocah itu ketakutan dan ia tak mengerti kenapa. Ia hanya mendekat, memeluk lengan Mei Changshu bersama dengan Foya.

“Semuanya akan baik-baik saja.Berdiri dan bawalah Foya. Kembalikan ia ke Jendral Lie. Jendral Lie akan membawanya ketempat yang nyaman untuk berbaring. Pergilah.” Mei Changshu menenangkan Fei Liu. Namun sebelum Fei Liu mematuhi kata-katanya, sepasang tangan yang lain mengambil tubuh Foya dari tangan Mei Changshu.

Fei Liu melesat, siap untuk bertarung merebutnya, tapi saat ia melihat siapa orang yang mengambil Foya, ia teringat perintah Su gege dan tak berani bergerak.

Xiao Jingyan membawa Foya dengan satu tangan. Tangannya yang lain ia ulurkan, ia mendekatkan jari-jarinya beberapa inci dari bahu Mei Changshu. Setelah beberapa menit  hening, Mei Changshu menoleh keatas dan matanya bertemu tatapan Xiao Jingyan.

Pada saat itu mereka berdua benar-benar merasakan luka yag luar biasa. Disaat yang sama mereka merasakan luka satu sama lain.

Luka luar biasa yang tak bisa mereka ungkapkan, takut saat membuka mulut mereka, semua yang keluar nantinya adalah darah.

Lengan Xiao Jingyan masih terulur tanpa sedikitpun goyah. Wajah pucat Mei Changshu tak menunjukkan emosi apapun, namun akhirnya ia mengulurkan  tangan kananya. Menggunakan lengan yang kokoh itu sebagai bantuan, Xiao Jingyan perlahan menariknya untuk berdiri. Segera setelah ia nampak stabil diatas kakinya sendiri ia buru-buru melepasnya, seakan-akan lengan itu tak pernah membantunya berdiri.

Setelah itu Mei Changshu dan Fei Liu pergi. Jingyan menatap mereka pergi menjauh, ia kemudian memerintahkan Zhanying untuk mengubur Foya.


Note: OMG part ini benar-benar menyanyat hati tentang bagaimana Feiliu yang polos yang tak memahami arti kematian, bagaimana Mei Changshu dengan tubuh lemahnya menggendong Foya, sayang sekali scene ini tak ada dalam versi drama. Untuk scene ini versi drama dan novel memiliki perbedaan yang lumayan, namun dua-duanya sukses mencabik-cabik perasaan penggemarnya.


Related Post



Tidak ada komentar:

Posting Komentar