CHAPTER 163
Novel lang Ya Bang-Hai Yan;Eng translation : Tumblr chaikat ;Translate Indo by me
Karena Mei Changshu
bersikeras, Jingyan mengijinkan Cai Quan untuk menunjukkan padanya dokumen
mengenai kasus Menteri Fan. Mei Changshu mengamatinya, Shen Zhui dengan cepat
mencari topik untuk berbincang dengan mereka berdua. Shen Zhui dan Cai Quan
seperti memainkan peran Meng Zhi untuk melancarkan urusan antara Jingyan dan Mei
Changshu. Shen Zhui menyebutkan bahwa ulang tahun kaisar sebentar lagi, jadi Jingyan
harus memikirkan hadiah apa yang akan diberikan.
Jingyan terus menatap Mei
Changshu daat ia berbicara dengan yang lain namun Mei Changshu benar-benar sedang
fokus pada apa yang bacanya. Tiba-tiba Jingyan memperhatikan bahwa Mei Changshu
tanpa sadar mengambil sepotong kue dan akan memakannya. Jingyan dengan segera
menyergap dan memegang tangan Mei Changshu, dan melempar kue tersebut.
Setiap orang yang ada disana
bertanya-tanya dan Jingyan berkata,”kue ini….sudah basi…”
Disana adalah istana
timur, makanan yang ada disana pastiah baru, dan nampaknya akan lebih baik jika
Jingyan tak menjelaskannya. Mei Changshu melihat kearah piring. Diantara
kue-kue itu, ada satu yang terbuat dari kacang.
Mei Changshu perlahan
menurunkan tatapannya dan wajahnya berubah pucat, namun selain itu wajahnya tak
menunjukkan sedikit pun tanda-tanda pergolakan tentang apa yang ia rasakan. Ia
hanya ingin mengetes Jingyan. Dan sekarang saat ia telah memiliki hasilnya, ia
tak dapat menahan rasa sakit, dadanya terasa kaku dan dingin.
Xiao Jingyan masih
mengenggam pergelangan tangan Mei Changshu. Pergelangan yang dulu kuat namun sekarang sangat lemah dan sedikit
bergetar. Ia merasa seperti sebuah batu ada di dalam perutnya. Melawan
keinginannya sendiri, genggamanya semakin kuat, seakan ia mencoba untuk
mentransfer seluruh energinya. Tapi terpisah dari itu, Xiao Jingyan tak
bergerak seinci pun dan tak berkata-kata.
Itu karena orang yang
duduk didepannya adalah sahabat baiknya, namun diwaktu yang sama, ia bukanlah
sahabat yang Xiao Jingyan kenal. Lin Shu yang sangat rapuh bukan lagi Lin Shu
yang mampu menahan pukulan dan dorongan, seakan ia dibuat dari besi.
Di momen penting ini,
Xiao jingyan tak berani berbuat atau berkata apapun, dan hanya mampu
menggenggam tangan itu dalam diam.
Setelah beberapa saat, Mei
Changshu dengan perlahan melepaskan tangannya dari tangan Jingyan dan berdiri,
berpegangan pada sandaran kursi. Bibirnya yang pucat terkatup rapat dan ia
dengan lembut berkata “Aku masih memiliki urursan dirumah aku permisi dulu.”
“Xiao…”Xiao Jingyan
membuka mulutnya namun tak berani untuk memanggilnya. Ia hanya dapat melihat Mei
Changshu berbalik pergi, Mei Changshu perlahan berjalan mendekati pintu. Jingyan
kemudian berdiri dan setelah beberapa saat ia berlari mengejar Mei Changshu.
Melihat mereka, Shen
Zhui dan Cai Quan tak mengerti apa yang terjadi, Namun Xiao Jingyan sudah
benar-banar lupa keberadaan mereka.
Mei Changshu berjalan
secepat mungkin, namun ia baru pulih dari penyakit serius dan emosinya belum
stabil. Kaki dan wajahnya terasa kaku. Baru saja ia melangkah keluar, lututnya
terasa lemah dan ia harus bersandar pada pegangan tangga dan berhenti sejenak
untuk mengambil napas.
Sesaat kemudian Mei
Changshu merasakan tatapan seseorang Bahkan tanpa menoleh kebelakang, Mei
Changshu dapat merasakan tatapan Xiao Jingyan padanya. Ia menggertakkan giginya
dan mengumpulkan kekuatannya, tak mau
menunjukkan kelemahan apapun saat ini. Di masa lalu, mereka tumbuh bersama,
balap kuda bersama, bertarung melawan satu sama lain, bersaing untuk menjadi
juara saat perburuan musim gugur, bertempur bersama pada pertarungan sengit, memancing
musuh dan memimpin penyerangan . Sesekali,
ketika dikepung oleh pasukan yang jumlahnya sepuluh kali lebih banyak jumlahnya
dari pasukan mereka, mereka akan terus melawan balik dan melakukan pertempuran hingga
titik darah terakhir bersama-sama. Lin Shu yang penuh dengan kepercayaan diri
dan keras kepala tak pernah membayangkan bahwa satu hari, Xiao Jingyan akan
datang padanya dengan terburu-buru dan memapah tubuhnya yang rapuh, dengan suara
yang penuh simpati bertanya, “Xiao Shu, apakah kau kau baik-baik saja?”
Ia tak pernah
membayangkan dan tak dapat menerimanya. Ia ingin lari, meninggalkan tempat ini,
kembali ke Su manor, untuk memulihkan ketenangannya dan perlahan berpikir, perlahan
membuat keputusan.
Namun ketika ia hampir
dapat mengendalikan nafasnya, ia tak bisa melangkah karena Fei Liu tiba-tiba datang
sambil berlari dari sisi gerbang. Langkah Fei Liu lebih berat dari biasanya dan
ia membawa seekor serigala abu-abu dalam dekapannya, Foya.
“Tak mau bangun! “Bocah
itu membawa Foya kearah Mei Changshu. Matanya penuh dengan ketakutan dan
kebingungan. “tak mau bangun!”
Mei Changshu membelai
bulu Foya dengan jari-jarinya yang pucat hingga nampak seperti transparan. Tubuh
Foya dibawah jarinya itu terasa dingin dan kaku .Jantungnya merasakan luka
mendalam. Mata Foya tertutup dan ia nampak damai. Fei Liu menopang kepalanya
beberapa kali namun saat ia memindahkan tangannya, kepala Foya lunglai kembali.
Langkah kaki lain
datang dari sisi gerbang. Lie Zhanying, yang telah ditransfer menjadi penjaga
istana timur, buru-buru masuk, keningnya dipenuhi keringat. Ia terkejut melihat
putra mahkota berdiri diluar. Sebelum ia sempat berkata-kata, Xiao Jingyan berjalan
ke arahnya sambil tetap berdiam.
Foya sudah berumur tujuh
belas tahun. Untuk seekor serigala, itu merupakan umur yang panjang.
Kematiannya membawa kesedihan. Bagi orang dewasa itu bukanlah hal yang sulit
untuk diterima.
Tetapi Fei Liu tak
dapat memahami ini. Tadi, ketika ia melihat Foya dimasukkan kedalam sebuah peti,
ia berlari mencari Lie Zhanying dan berkata padanya, “Foya sedang tidur.” Dari
apa yang Fei Liu tahu, tidur berarti akan bangun nantinya. Seperti bagaimana
Su-gege seringkali tertidur, dia akan selalu terbangun nantinya.
Namun, ketika ia
bertanya kapan Foya akan bangun, Lie Zhangyin malah menatapnya dengan penuh
kesedihan dan berkata bahwa Foya tak akan pernah bangun kembali.
Ini pertama kalinya Fei
Liu mengetahui bahwa ada kemungkinan orang yang tidur tak akan pernah bangun
kembali. Ini membuatnya ketakutan. Ia membawa Foya dan segera menemui Su-gege.
Mei Changshu mengusap
kepala bocah tersebut. Ia dapat melihat kebingungan dan kecemasan di mata Fei
Liu tetapi ia sedang tidak dalam kondisi yang tepat untuk menenangkan maupun
menjelaskan kepadanya. Malaikat maut terus menerus menyelubunginya, sangat
dingin dan mengerikan, ia tak punya cara untuk menjelaskan kepada bocah itu
tentang apa itu kematian.
“Fei Liu, apakah kau
akan selalu mengingat Foya?”
“Ya!”
“Sebagai seorang teman
, selama kau mengingatnya, itu cukup.” Mei Changshu mengambil Foya dari tangan Fei
Liu. Bebannya terlalu berat untuknya jadi ia harus membawanya sambil duduk di
atas tanah.Ia menempelkan pipinya erat-erat ke kepala Foya sebagai salam
perpisahan terakhir.
“Su-gege.”Bocah itu
ketakutan dan ia tak mengerti kenapa. Ia hanya mendekat, memeluk lengan Mei
Changshu bersama dengan Foya.
“Semuanya akan
baik-baik saja.Berdiri dan bawalah Foya. Kembalikan ia ke Jendral Lie. Jendral
Lie akan membawanya ketempat yang nyaman untuk berbaring. Pergilah.” Mei
Changshu menenangkan Fei Liu. Namun sebelum Fei Liu mematuhi kata-katanya,
sepasang tangan yang lain mengambil tubuh Foya dari tangan Mei Changshu.
Fei Liu melesat, siap
untuk bertarung merebutnya, tapi saat ia melihat siapa orang yang mengambil
Foya, ia teringat perintah Su gege dan tak berani bergerak.
Xiao Jingyan membawa
Foya dengan satu tangan. Tangannya yang lain ia ulurkan, ia mendekatkan
jari-jarinya beberapa inci dari bahu Mei Changshu. Setelah beberapa menit hening, Mei Changshu menoleh keatas dan
matanya bertemu tatapan Xiao Jingyan.
Pada saat itu mereka
berdua benar-benar merasakan luka yag luar biasa. Disaat yang sama mereka
merasakan luka satu sama lain.
Luka luar biasa yang
tak bisa mereka ungkapkan, takut saat membuka mulut mereka, semua yang keluar nantinya
adalah darah.
Lengan Xiao Jingyan
masih terulur tanpa sedikitpun goyah. Wajah pucat Mei Changshu tak menunjukkan
emosi apapun, namun akhirnya ia mengulurkan
tangan kananya. Menggunakan lengan yang kokoh itu sebagai bantuan, Xiao
Jingyan perlahan menariknya untuk berdiri. Segera setelah ia nampak stabil diatas
kakinya sendiri ia buru-buru melepasnya, seakan-akan lengan itu tak pernah
membantunya berdiri.
Setelah itu Mei
Changshu dan Fei Liu pergi. Jingyan menatap mereka pergi menjauh, ia kemudian
memerintahkan Zhanying untuk mengubur Foya.
Note: OMG part ini
benar-benar menyanyat hati tentang bagaimana Feiliu yang polos yang tak
memahami arti kematian, bagaimana Mei Changshu dengan tubuh lemahnya
menggendong Foya, sayang sekali scene ini tak ada dalam versi drama. Untuk
scene ini versi drama dan novel memiliki perbedaan yang lumayan, namun
dua-duanya sukses mencabik-cabik perasaan penggemarnya.
Related Post
Related Post
Tidak ada komentar:
Posting Komentar