guys artikel ini merupakan versi Translete dan pengembangan dari sebuah artikel asing berjudul Relationship and Justice in Nirvana in Fire, saat pertama kali membacanya aku langsung jatuh hati wkwkwk karena isinya benar-benar mewakili apa yang selama ini aku pikirkan tentang Nirfana In Fire. Selamat membaca :D
Warning : SPOILER ALERT !
Mungkin kita sudah mengenal alur seperti ini dengan sangat baik : lelaki yang difitnah oleh seseorang yang memiliki kekuasaan ,kembali untuk mencari kebenaran dan keadilan. Sekilas mungkin terdengar mainstream, namun kembali lagi Don’t judge a book by it’s cover. Nirvana in Fire kisah tentang dendam dan pembalasan yang diceritakan dengan balutan kisah cinta dan persahabatan yang sangat apik dan menyentuh hati.
12 tahun lalu sang kaisar terhasut oleh kecurigaan yang telah tertanam dihatinya sendiri dan hanya dengan beberapa dokumen palsu, ia mengeksekusi putranya sendiri , putra mahkota Qi dan seluruh bawahanya, serta seluruh anggota keluarga jendral Lin dan 70.000 pasukan Chiyan ! meskipun sekilas kesalahpahaman ini disebabkan oleh hasutan para pejabat yang gila kekuasaan namun sesungguhnya kesalahan terbesar ada pada sang kaisar. Dia menyadari itu, namun karena harga dirinya dan rasa egoismenya yang terlampau tinggi dia melarang siapapun untuk mengungkit-ungkit kejadian ini apalagi untuk menyelidiki kembali, dia tak akan pernah mau untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah terjadi.
Lin shu, satu-satunya anggota keluarga Lin yang tersisa berjuang untuk membuka kebenaran dan mencari keadilan demi membersihkan kembali nama baik seluruh keluarga nya dan 70.000 pasukan chiyan, namun hal tersebut bukanlah hal yang mudah ia harus menerobos dinding-dinding kerajaan yang diselimuti oleh paranoid sang kaisar dan orang-orang yang haus akan kekuasaan.
Bagi banyak orang dia bukan lagi Lin shu yang dahulu, sosok pemuda yang cemerlang dan gesit dan penuh dengan keceriaan, Rasanya tak heran bila lin shu telah berubah, pengalaman yang terlampau pahit, kebencian dan tanggung jawab untuk memulihkan kehormatan puluhan ribu pasukan chiyan yang mati sia-sia ada di pundaknya
Lin Shu/Mei Chang Su adalah seorang pria dengan segudang rencana, dengan lihai memanipulasi kerajaan, ini bukan hal yang sulit baginya. Putra mahkota dan lawannya pangeran Yu benar-benar seperti kerikil kecil baginya, dengan mengadu domba satu sama lain bukan hal sulit bagi Lin shu untuk menyingkirkan keduanya. Diantara semua rencananya mungkin Lin shu juga tak pernah menduga bahwa pangeran Yu akan menggila dan benar-benar melakukan pemberontakan.
Lin shu adalah seseorang dengan karakter kompleks dengan emosi yang rumit ia hanya peduli untuk membongkar kebenaran dan mengembalikan kehormatan keluarganya, bahkan jika harus dibayar dengan nyawanya sendiri. Lin shu adalah sosok yang kukuh akan keinginannya dan juga tenang, ia jarang menunjukkan emosinya, sama seperti saat dia dengan sabar menjalankan rencananya. Bahkan ketika dia bertemu dengan sang kaisar pada pertarungan verbal terakhir, ia hanya mengatakan apa yang harus dia katakan, kemudian meletakkan mic dan berjalan keluar begitu saja LIKE A BOSS ! meninggalkan sang kaisar yang menangis meratapi keegoisanya dan kesalahan besar yang telah diakukannya,
sang kaisar mempertanyakan kenapa dia harus membuka kasus ini sekarang, saat dia masih bertahta? Karena semua tragedi ini bermula darinya dan hanya bila kaisar mau mengakui kesalahanya barulah nama baik mereka yang tewas di pertempuran bukit Meiling bisa benar-benar dipulihkan.
Ketika kaisar bersedia pada akhirnya bersedia untuk membuka kasus itu kembali namun dengan satu syarat yaitu mulai saat ini lin shu tak boleh ada agi ada di Negara ini, tak boeh berada disekitar jingyan apalagi memegang posisi pemerintahan, meskipun nantinya ia terbukti tak bersalah namun terlalu banyak darah Chiyan yang ada ditanganya. Tanpa fikir panjang Lin shu mengiyakan permintaan sang kaisar. Sungguh permintaan yang miris, bahkan tanpa kaisar meminta hal tersebut kenyataannya memang tak ada waktu untuk Lin shu, ia bagaikan seseorang yang berjalan di tepian jurang yang bisa jatuh dan mati kapan saja saat tubuhnya sudah tak emmpu menahan racun yang ada ditubuhnya. Perdebatan terakhir antara lin shu dengan kaisar ini benar-benar scene paling menguras emosi bagiku, air mata tak henti-hentinya mengikuti setiap ucapan mereka. Memang tak selalu butuh adegan action atau daram-drama berlebihan, setiap yang mereka ucapkan benar-benar mengena dihati.
Ketika kaisar bersedia pada akhirnya bersedia untuk membuka kasus itu kembali namun dengan satu syarat yaitu mulai saat ini lin shu tak boleh ada agi ada di Negara ini, tak boeh berada disekitar jingyan apalagi memegang posisi pemerintahan, meskipun nantinya ia terbukti tak bersalah namun terlalu banyak darah Chiyan yang ada ditanganya. Tanpa fikir panjang Lin shu mengiyakan permintaan sang kaisar. Sungguh permintaan yang miris, bahkan tanpa kaisar meminta hal tersebut kenyataannya memang tak ada waktu untuk Lin shu, ia bagaikan seseorang yang berjalan di tepian jurang yang bisa jatuh dan mati kapan saja saat tubuhnya sudah tak emmpu menahan racun yang ada ditubuhnya. Perdebatan terakhir antara lin shu dengan kaisar ini benar-benar scene paling menguras emosi bagiku, air mata tak henti-hentinya mengikuti setiap ucapan mereka. Memang tak selalu butuh adegan action atau daram-drama berlebihan, setiap yang mereka ucapkan benar-benar mengena dihati.
Namun kita terkadang merasa sedih terhadap caranya memperlakukan orang-orang disekitarnya. Pada akhirnya kita akan merasa bersedih untuk Lin shu dan orang-orang disekitarnya. Terkadang dia benar-benar mengabaikan perasaan orang disekelilingnya, mengorbankan segalanya untuk misinya. Dia akan menerobos cuaca dingin, mengunjungi penjara, mengorbankan temannya dan berjalan lurus kedalam jebakan bila dia merasa bahwa dia harus melakukannya. Dia terus berbohong kepada para sahabatnya tentang penyakitnya menutupi kondisinya yang sebenarnya , ketika kau melihat matanya kau akan mempercayainya juga! namun dengan begitu dia mampu menjaga dirinya sendiri untuk tidak memiliki hubungan yang terlalu mendalam dengan siapapun. Ia terus menjaga jarak, mencegahnya untuk tidak terlalu terlena pada dukungan dan kasih saying mereka. Meng Zhi lah yang akhirnya menyuarakan rasa geram dan frustasinya saat dia menyadari bahwa lin shu tak mau terbuka mengenai kondisi penyakitnya bahkan kepadanya, sahabat karibnya. Namun dari semuanya tak ada satupun yang menahan pukulan dari kebohongan Lin shu lebih dari pangeran Jingyan. Nampaknya seseorang perlu memberikan Lin Shu sebuah piala Oscar untuk bagaimana dan berapa lama dia mampu terus berbohong kepada pangeran Jing mengenai identitasnya yang sesungguhnya, padahal pangeran jing adalah orang yang seharusnya paling mengenalinya. Para wanita, Putri Nihuang dan selir jing yang sudah mengetahui kenyataan kompak untuk terus diam menjaga rahasia dari pangeran jing. Hasilnya? pangeran Jing memperlakukan lin shu dengan dingin dan hanya menganggapnya sebagai sesorang ahi strategi yang bertugas menyusun siasat no more!! Pangeran Jing tak sepenuhnya percaya kepada Mei Chang su, telah tertanam dihatinya bahwa seorang ahli siasat hanyalah seseorang dengan segala akal dan tipu muslihat yang rela melakukan apapun untuk mencapai ambisinya. Karena ketidakpercayaan ini seringkali hal ini menjadi peluang untuk memecah belah mereka ,namun Lin shu tetap ingin terus merahasiakan segalnya dari pangeran jing, ia tak ingin pangeran jing melibatkan perasaannya, dan sekali pangeran jing mengetahui segalanya dia akan benar-benar terguncang apalagi bila membayangkan tentang bagaimana ia memperlakukan mei chang su selama ini.
Lin shu bukan hanya sosok inspirasi karena upayanya menegakkan kebenaran akan keluarganya, tetapi dia adalah sosok lelaki yang patut untuk dicintai ia dikelilingi oleh orang-orang yang benar-benar menyayanginya dan bersedia melakukan apapun untuknya, bahkan bila kepala mereka taruhannya. Nihuang, yang awalnya berpikir bahwa kekasihya telah meninggal, rela untuk membiarkannya berusaha mati-matian ntuk membersihkan nama keluarganya, bahkan setelah ia mengetahui identitas Mei chang su yang sesungguhnaya. Nihuang bersedia menyerah akan kebahagiannya sendiri demi mewujudkan keinginan sang kekasih. Nampaknya impian untuk bisa menjadi sebuah keluarga dan hidup bahagia hanyalah sebuah angan saja satu-satunya yang bisa dia lakukan untuk lin shu adalah membantunya berjuang agar keinginan terakhirnya bisa, tak ada harapan untuk masa depan yang ada adalah janji Lin shu agar mereka bisa bersama dikehidupan selanjutnya.
Selir Jing, seorang “teratai besi” yang tak pernah berkedip akan apapun, dengan segera tergoncang ketika dia menyadari kondisi Lin shu, selanjutnya dia tak pernah mengabaikan satupun kesempatan untuk menolong Lin shu. Meng zhi yang bersedia untuk menyerah akan posisi tingginya sebagai jendral kepala penjaga istana untuk membantu Lin shu. Mereka semua buakn melakukannya karena kewajiban ataupun karena kasihan (meskipun berkali-kali kita akan merasa kasihan melihatnya), namun semua itu mereka lakukan karena rasa kasih sayang yang begitu besar dan tulus.
Selir Jing, seorang “teratai besi” yang tak pernah berkedip akan apapun, dengan segera tergoncang ketika dia menyadari kondisi Lin shu, selanjutnya dia tak pernah mengabaikan satupun kesempatan untuk menolong Lin shu. Meng zhi yang bersedia untuk menyerah akan posisi tingginya sebagai jendral kepala penjaga istana untuk membantu Lin shu. Mereka semua buakn melakukannya karena kewajiban ataupun karena kasihan (meskipun berkali-kali kita akan merasa kasihan melihatnya), namun semua itu mereka lakukan karena rasa kasih sayang yang begitu besar dan tulus.
Drama ini benar-benar mengajarkan sesuatu yang luar biasa tentang persahabatan .hubungan erat antara Lin shu dan pangeran Jing, meskipun tak banyak scene yang menampilkan masa kecil mereka, namun seringkali kita dibuat tersenyum dengan kilasan-kilasan masa kanak-kanak mereka, seringkali menggoda dan bercanda satu sama lain, belajar bersama, menyusun strategi perang bersama. Namun siapa sangka bahwa disatu hari ketika mereka harus berpisah karena jingyan harus pergi keluar kota selama beberapa bulan dan lin shu sang marshal muda harus pergi berperang bersama sang ayah ke perbatasan utara, hari itu ternyata adalah pertemuan terakhir sepasang sahabat itu. Jingyan yang tak mengerti apa-apa harus menerima kenyataan bahwa sahabatnya dan seluruh keluarganya tewas dibantai dan dicap sebagai penghianat. Tentunya jingYan tak begitu saja percaya dengan semua tuduhan itu, namun hal yang paling ia sesali adalah karena ia tak bisa ada disamping sahabatnya disaat sahabatnya itu saat membutuhkannya , tak heran jika pangeran jing terus memendam luka karena “kematian” sahabatnya, bahkan setelah belasan tahun berlalu. Hal inilah yang mendasari mengapa kaisar terus memperlakukannya dengan dingin bahkan setelah segala kontribusi yang ia berikan untuk negaranya.
Namun perlu kita tahu awalnya pangeran jing bukanlah sosok seperti ini, saat remaja, dia adalah sosok ceria dan selalu bahagia apalagi ketika ia bermain-main dengan Lin shu. Kita akan merasa sedih setiap kali pangeran jing berinteraksi dengan Mei chang su, tanpa tahu siapa dia sesungguhnya. Sahabat yang paling dia sayangi ada tepat didepan matanya namun dia tak mengenalinya, dan nantinya hatinya akan terasa hancur ketika dia akhirnya mengetahui segalanya, dan kemudian hatinya akan hancur lagi ketika Lin shu pergi ke medan perang. Mereka tak akan mempunyai waktu untuk menyalakan kembali persahabatan mereka seperti dahulu, Pangeran JingYan harus mengemban tugas berat sebagai kaisar baru dan Lin shu harus pergi ke perbatasan menyusun strategi perang dengan sisa-sisa kekuatanya, sebab bagi Lin shu meskipun nantinya dia akan mati, akan menjadi sebuah kebahasian baginya bila ia bisa mati dimedan pernag sebagai bagian dari chiyan army.
Hubungan pertemanan Lin shu dan Lin chen juga sama kompleksnya. Lin chen hanya muncul sebentar di awal dan kemudian muncul ekmbali di episode-episode terakhir. Tak ada flashback dari kisah mereka, jadi kita juga tak tahu keadaan apa yang menciptakan dan mengikat persahabatan mereka. Sudah jelas bahwa Lin shu adalah salah seorang yang benar-benar peduli pada lin shu, bahkan dengan rela turun dari gunung untuk merawat dengan tengannya sendiri dan juga untuk menjaga janjinya untuk terus menemaninya sampai akhir. Lin chen terkadang seperti orang tolol, selalu bercanda dan membuat keributan dengan Fei Liu, tetapi dia akan berubah menjadi serius ketika dia melihat kemungkinan terhadap obat-obat yang bisa memperpanjang hidup Lin shu.
Tak satupun yang mampu menunjukkan betapa dalamnya persahabatan mereka lebih dari ketika pertengkaran mereka saat Lin shu memaksa untuk ikut berperang pada invasi Liang yang terakhir, saat itu Lin chen benar-benar marah lin shu, dan berkata, “kawan, aku telah menghabiskan sepanjang waktu untuk membuatmu dapat terus bertahan hidup, dan sekarang kau ingin tetap pergi untuk melakukan ini?!!kenapa ada saja sesuatu yang ingin dan harus kau lakukan.” Namun baru beberapa saat sejak kita berpikir bahwa Lin chen akan meninggalkan Lin shu, dia bertanya dimana kantor perekrutan tentara LOL. Lin chen bahkan bergabung dengan pasukan tentara untuk sahabatnya! That’s FRIEND.
Namun perlu kita tahu awalnya pangeran jing bukanlah sosok seperti ini, saat remaja, dia adalah sosok ceria dan selalu bahagia apalagi ketika ia bermain-main dengan Lin shu. Kita akan merasa sedih setiap kali pangeran jing berinteraksi dengan Mei chang su, tanpa tahu siapa dia sesungguhnya. Sahabat yang paling dia sayangi ada tepat didepan matanya namun dia tak mengenalinya, dan nantinya hatinya akan terasa hancur ketika dia akhirnya mengetahui segalanya, dan kemudian hatinya akan hancur lagi ketika Lin shu pergi ke medan perang. Mereka tak akan mempunyai waktu untuk menyalakan kembali persahabatan mereka seperti dahulu, Pangeran JingYan harus mengemban tugas berat sebagai kaisar baru dan Lin shu harus pergi ke perbatasan menyusun strategi perang dengan sisa-sisa kekuatanya, sebab bagi Lin shu meskipun nantinya dia akan mati, akan menjadi sebuah kebahasian baginya bila ia bisa mati dimedan pernag sebagai bagian dari chiyan army.
Hubungan pertemanan Lin shu dan Lin chen juga sama kompleksnya. Lin chen hanya muncul sebentar di awal dan kemudian muncul ekmbali di episode-episode terakhir. Tak ada flashback dari kisah mereka, jadi kita juga tak tahu keadaan apa yang menciptakan dan mengikat persahabatan mereka. Sudah jelas bahwa Lin shu adalah salah seorang yang benar-benar peduli pada lin shu, bahkan dengan rela turun dari gunung untuk merawat dengan tengannya sendiri dan juga untuk menjaga janjinya untuk terus menemaninya sampai akhir. Lin chen terkadang seperti orang tolol, selalu bercanda dan membuat keributan dengan Fei Liu, tetapi dia akan berubah menjadi serius ketika dia melihat kemungkinan terhadap obat-obat yang bisa memperpanjang hidup Lin shu.
Tak satupun yang mampu menunjukkan betapa dalamnya persahabatan mereka lebih dari ketika pertengkaran mereka saat Lin shu memaksa untuk ikut berperang pada invasi Liang yang terakhir, saat itu Lin chen benar-benar marah lin shu, dan berkata, “kawan, aku telah menghabiskan sepanjang waktu untuk membuatmu dapat terus bertahan hidup, dan sekarang kau ingin tetap pergi untuk melakukan ini?!!kenapa ada saja sesuatu yang ingin dan harus kau lakukan.” Namun baru beberapa saat sejak kita berpikir bahwa Lin chen akan meninggalkan Lin shu, dia bertanya dimana kantor perekrutan tentara LOL. Lin chen bahkan bergabung dengan pasukan tentara untuk sahabatnya! That’s FRIEND.